Minggu, 21 November 2010

hikmah idul adha

Sebuah Perjalanan yang Sakral

Hari Raya Haji, yang juga dikenal sebagai “Festival Kurban”, dirayakan selama tiga hari oleh umat Muslim di seluruh dunia. Hari besar ini memperingati kerelaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya untuk Allah. Menurut kalender Islam, Hijrah, festival ini dimulai pada hari ke-10 bulan Dhul Hijja, 70 hari setelah bulan suci Ramadan.

Umat Muslim merayakan hari besar ini untuk menandai akhir Haji, ziarah suci tahunan ke Mekkah. Haji, yang saat ini merupakan ziarah tahunan terbesar di dunia, dilakukan oleh ratusan ribu peziarah yang berkumpul di Tanah Suci dan melakukan serangkaian ritual secara bersamaan. Ritual Haji juga dianggap pilar kelima dalam agama Islam, suatu kewajiban agama untuk umat Muslim sehat yang mampu secara finansial. Hal ini bukan hanya sebagai bukti kuatnya solidaritas antara komunitas Muslim, tetapi juga penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah (Tuhan dalam kitab suci Islam, Al Qur’an).

Selama hari libur umum ini, para relawan laki-laki akan berkumpul di masjid untuk berdoa dan merenungkan khotbah yang dibacakan. Setelah melakukan shalat Hari Raya Haji, mereka kemudian akan mengorbankan domba, kambing dan sapi. Tindakan ini melambangkan kerelaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan darah dagingnya sendiri. Daging kurban ini kemudian dibagikan ke masyarakat, khususnya kepada keluarga yang kurang beruntung.

Hari Raya Haji merupakan saat yang tepat untuk mengamati etika dan adat istiadat komunitas Muslim, dan berfungsi sebagai pengingat untuk berbagi kekayaan dengan kalangan yang kurang beruntung. Setelah sepanjang hari melakukan ritual, umat Muslim kemudian akan mengunjungi orang tua, kerabat dan sahabat mereka untuk makan dan bergembira bersama.

Di dalam kota, wisatawan dan warga setempat bisa turut menyaksikan kemeriahan ini di kawasan seperti Geylang Serai dan Kampong Glam, di mana bazaar yang ramai dan dekorasi yang semarak akan turut menandai hari besar ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar